Selasa, 15 Juni 2010

PEDOMAN PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM

Landasan :

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS At-Tahrim : 6)

dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS Al-Anfal : 28)

dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS Al-Furqaan : 74)

Anak merupakan titipan Ilahi kepada orang tua, yang mana orang tua sebagai pendidik bertanggung jawab penuh dalam proses perkembangan anak. Dalam proses pendidikan, hendaklah dihiasi dengan nuansa pendidikan Islami, baik berkenaan dengan iman, moral, taqwa, dan lain sebagainya. Tapi disisi lain perlu juga pembimbingan fisikal, sosial, pemberian kasih sayang, sebagai makan rohani dalam proses pendidikan.
Para ahli pendidikan sepakat akan pentingnya periode kanak-kanak dalam kehidupan manusia. Dalam tahun pertama merupakan kesempatan yang paling tepat dalam memberikan asupan pendidikan berbasis Islami, sehingga bisa menjadi benteng dalam menghadapi permasalaan-permasalaan dikemudian hari yang begitu tercampuri dengan banyaknya fitanahnya dunia.
Oleh karenanya sebagai orang tua, yang mempunyai tanggung jawab penuh pada kelangsungan pendidikan anak, setidaknya bisa memahami layaknya menjadi seorang pendidik yang ideal. Merujuk pada cara-cara mendidik anak ala Rasulullah Saw, setidaknya terdapat tiga point pokok dalam mendidik anak.




Pertama : Panduan Dasar untuk Orang Tua dan Pendidik
v  Keteladanan; Keteladanan yang baik membawa kesan positif dalam jiwa anak. Oleh karena itu,Rasulullah SAW memerintahkan agar oranng tua bersikap jujur dan menjadi teladan kepada anak-anak mereka. Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa berkata kepada anaknya, “Kemarilah!(nanti kuberi)’ kemudian tidak diberi maka ia adalah pembohong (HR.Ahmad dari Abu Hurairah) Orang tua dituntut agar menjalankan segala perintah Allah swt dan Sunah Rasul-Nya, menyangkut perilaku dan perbuatan. Karena anak melihat mereka setiap waktu. Kemampuan untuk meniru sangat besar.

v  Memilih waktu yang tepat untuk menasehati; Rasulullah SAW selalu memperhatikan waktu dan tempat untuk menasehati anak-anak, agar hati anak-anak dapat menerima dan terkesan oleh nasehatnya. Sehingga mampu meluruskan perilaku mereka yang menyimpang dan membangun kepribadian yang bersih dan sehat. 3 pilihan waktu yang dianjurkan : Saat berjalan-jalan atau di atas kendaraan Waktu makan Ketika anak sedang sakit

v  Bersikap adil dan tidak pilih kasih; “Bertakwalah kepada Allah dan bersikaplah adillah terhadap anak-anak kalian “ (HR. Muslim) “Orang yang bersikap adil akan (dimuliakan) di sisi Allah di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, yaitu orang yang adil dalam hukumnya, (adil) terhadap keluarga dan apa saja yang mereka pimpin (HR. Muslim)

v  Memenuhi hak-hak anak
v  Mendoakan anak
v  Membelikan mainan
v  Tidak banyak mencela dan mencaciMembantu anak agar berbakti dan taat; “Bantulah anak-anakmu agar berbakti! Barangsiapa yang mau melakukannya, ia dapat mengeluarkan sikap kedurhakaan dari diri anaknya (HR. Thabrani)
Kedua : Cara Efektif Mengembangkan Pemikiran Anak
ü  Menceritakan kisah-kisah Terutama kisah-kisah yang ada dalam al-Qur’an dan Al-Hadist.
ü  Berbicara langsung, Rasulullah mengajarkan kepada kita agar berbicara dengan anak secara langsung, lugas dan dengan bahasa yang jelas.
ü  Berbicara sesuai dengan kemampuan akal anak.
ü  Berdialog dengan tenang.
ü  Metode praktis empiris.
ü  Dengan cara mendidik dan mengasah ketajaman indera anak.
ü  Kebutuhan anak terhadap figure riil, yakni Rasulullah SAW.
Ketiga : Cara efektif membangun jiwa anak
ü  Menemani anak.
ü  Menggembirakan hati anak.
ü  Membangun kompetisi sehat dan memberi imbalan kepada pemenangnya.
ü  Memotivasi anak.
ü  Memberi pujian.
ü  Bercanda dan bersenda gurau dengan anak.
ü  Membangun kepercayaan diri seorang anak.
ü  Mendukung kemauan anak Membangun kepercayaan sosial.
ü  Membangun kepercayaan ilmiah.
ü  Bermula dengan mengajarkan Al-qur’an, hadist dan sirah nabawiahnya.
ü  Membangun kepercayaan ekonomi dan perdagangan.
ü  Dengan melatih anak melakukan praktik jual beli, mengajaknya ke pasar dan membiarkannya membeli barang yang diinginkannya.
ü  Panggilan yang baik.
ü  Memenuhi keinginan anak.
ü  Bertahap dalam pengajaran.
ü  Bimbingan terus menerus; Dibanding semua mahluk hidup, masa kanak-kanak manusia adalah paling panjang.
Ini semua kehendak Allah, agar cukup waktu mempersiapkan diri menerima taklif (kewajiban memikul syariat).
Seperti ketika mengajarkan shalat. Dalam hadist dikatakan : “Perintahkanlah anakmu untuk shalat ketika berusia tujuh tahun dan pukullah mereka (jika enggan shalat) ketika berumur 10 tahun. Imbalan dan hukuman (Reward and punishment).
Sedangkan mengingat kembali tujuan pendidikan di dalam Islam adalah mendidik anak menjadi manusia yang sempurna baik intelektual, emosional dan spiritual agar hidup bahagia  di dunia dan akhirat. Teori yang dijamin benar didalam pendidikan dan psikologi adalah alqur’an dan Hadist, sehingga sebagai umat Islam kita harus merujuk pendidikan dan psikologi ini kepada dua sumber tersebut.  Teori dari Qur’an dan Hadist berisi teori dan metode yang bersifat umum, sehingga dalam tingkat teknis dan operasionalnya harus dikembangkan oleh manusia itu sendiri.
Pembahasan
Sebagaimana tiga ayat yang diatas memaksudkan bahwa kehadiran seorang anak dimuka bumi membawa hiasan tersendiri bagi ibu bapaknya. Betapa banyak orangtua (pendidik) merasa senang, merasa gembira ketika mereka memetik hasil upaya, ketika mereka berteduh di bawah kerindangan tanamannya?
Betapa riang jiwa, betapa bening mata, ketika melihat buah hatinya adalah malaikat-malaikat yang berjalan di atas muka bumi, ketika jantung hatinya adalah “mushaf “ yang bergera di jajaran manusia?
Prof. Ali Al Qadhi menjelaskan mengenai metode pendidikan dalam Islam bahwasanya konsep pendidikan dalam Islam merupakan konsep yang jelas, dimana memperhatikan segala aspek baik yang berhubungan dengan aspek jasmani, rohani, dan akal. Maka dari itu, salah satu aspek tersebut tidak akan bertentangan dengan aspek lainnya. Sehingga, seorang muslim benar-benar mampu mempererat hubungannya dengan Allah SWT.
Dengan beragam metode pendidikan akan menghiasi suasana pembelajaran bagi peserta didik (anak). Adapun pada pembahasan kali ini berusaha menawarkan lima (5) metode dengan penguraian yang sesingkat mungkin yang terurai dibawah ini:

1.      Pendidikan dengan Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya. Hal ini karena pendidik adala contoh terbaik dalam pandangan anak, yang akan ditirunya dalam sikap, prilaku dari seorang pendidik. Dari sinilah, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal baik-buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlaq mulia, berani menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan tumbuh kejujuran, begitupula sebaliknya.
Seorang bagaimana pun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikannya, bagaimana pun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama.
Banyak sekali contoh-contoh dari Rasulullah yang bisa kita kutip untuk mejadi tolak ukur.  Alkisah, sayyidah Aisyah r.a pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, beliau berkata:
Akhlaqnya Rasulullah adalah Al-Qur`an”كان خلقه القران
Jawaban tersebut sungguh mendalam, singkat dan universal, karena menghimpun metode Al-Qur`an secara unversal dan prinsip-prinsip budi pekerti yang utama. Adapun keteladanan Rasulullah dalam ibadah dan akhlak, maka keduanya berada dalam puncak keluhuran. Manusia menemukan ibadah Rasulullah dan akhlaqnya sebagai contoh paripurna dan pelita penerang yang abadi sepanjang masa.

2.      Pendidikan dengan Adat Kebiasaan
Termasuk masalah yang sudah merupakan ketetapan dalam syariat Islam, bahwa anak sejak lahir telah diciptakan dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang benar, dan iman kepada Allah.
Selaras dengan firmanNya:
ó 
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Sesuai pula dengan sabda Rasulullah Saw, yang diriwayatkan Bukhari:
كل مولود يولد على الفطرة ......
setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitra
Yakni, ia dilahirkan dengan naluri tauhid dan iman kepada Allah. Dari sini tampak peranan pembiasaan, pegajaran dan pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam menemukan tauhid yang murni, budi pekerti yang mulia, rohani yang luhur dan etika religi yang lurus.
Orang-orang menganggap tabiat manusia baik atau buruk tidak mungkin dapat diubah atau diluruskan, pada hakikatnya adalah dalih yang tidak berdasar (bathil) yang ditentang oleh agama, bertolak belakang dengan logika, dan bertentangan dengan realitas empiris. Bahkan dalih tersebut telah diruntuhkan oleh mayoritas ahli jiwa, pendidikan, dan moral.
Al-ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin mengenai kebiasaan anak yang berpengarai baik atau buruk sesuai dengan kecendurungan dan nalurinya. Ia mengatakan:
anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, maka ia celaka dan binasa. Sedang memeliharanya adalah dengan upaya pendidikan dan mengajari akhlaq yang baik.
Dalam upaya memperbaiki anak dan meluruskan penyimpangannya para pendidik hendaknya membedakan antara dua macam usia anak didik. Demikian pula halnya dalam upaya pembiasaan dan pembekalan akhlaknya. Untuk orang dewasa ada metode dan tata cara tersendiri, demikian pula anak kecil.

3.      Pendidikan dengan Nasihat
Metode pendidikan semacam ini cukup berhasil dalam pembentukan akidah anak dan mempersiapkan baik secara moral, emosional, maupun sosial yang merupakan pendidikan anak dengan petuah memilki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata kesadaran anak-anak. Banyak sekali contoh dalam Al-Qur`an, berulang-ulang dalam memberikan nasihat dan peringatan, seperti QS. Luqman [31] : 13-17, QS. Saba`[34] : 46-49, QS Huud [11] : 32-34, dan lain sebagainya.
Al-Qur`an yang penuh dengan ayat-ayat yang menjadikan metode pemberian nasihat sebagai dakwah, sebagai jalan menuju perbaikan individu dan pemberi petunjuk bagi masyarakat. Dengan demikian, para pendidik hendaknya memahami betul akan hakikat ini dan menggunakan metode-metode Al-Qur`an dalam upaya memberikan nasehat, peringatan, dan bimbingan untuk mempersiapkan generasi muda yang tangguh, berwacana Islami dan pengetahuan yang handal.
Dalam penyajian nasehat dan pengajaran mempunyai ciri tersendiri, setidaknya dua hal akan terurai dibawah ini:
a)      Seruan yang menyenangkan, seraya dibarengi dengan kelembutan dan upaya penolakan
Metode ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap jiwa dan perasaan. Seruan yang menyenangkan yang disertai kelembutan atau penolakan ini tampak sekali dalam dialog Al-Qur`an dengan hati dan akal manusia, dalam berbagai bentuk, jenis, dan tingkatannya yng telah termanifestasi dalam ucapan para pendakwah.
Contoh-contoh dalam Al-Qur`an dengan berbagai macam uslub:
o   Seruan untuk anak-anak, termaktub dalam ([31]: 13, [11] : 42, [12] : 5, [2] : 132).
o   Seruan untuk kaum wanita, termaktub dalam ([3] : 42-43, [33] : 32).
o   Seruan untuk bangsa-bangsa, termaktub dalam ([2] : 54, [40] : 41, [46] : 30-31)
o   Seruan kepada orang-orang yang beriman termaktub dalam ([2] : 153, [3] : 102, [8] : 24).
o   Seruan pada ahli kitab, termaktub dalam ([3] : 64, [5] : 15).
o   Seruan pada seluruh umat termaktub dalam ([2] : 21-22, [4] : 174, [22] : 1-2).

b)      Metode cerita disertai perumpamaan yang mengandung pelajaran dan nasehat
Metode ini mempunyai pengaruh tersendiri bagi jiwa dan akal, dengan argumnetasi-argumentasinya yang logis dan rasional. Al-Qur`an memakai metode ini di beberapa tempat, lebih-lebih dalam berita tentang rasul dan kaumnya.
Allah telah menceritakan kepada Rasulullah Saw, cerita-cerita yang paling baik, tentang kejadian-kejadian yang baik sebagai cermin bagi umat manusia dan peneguh Rasulullah Saw.
Berbagai macam-macam pembuktian Al-Qur`an dalam surat yusuf [12] : 3, Al-A`raf [7] : 101, Huud [11] : 120, dan masih banyak lagi bukti tertulis dalam Al-Qur`an.




c)      Metode wasiat dan nasehat
Al-Qur`an sangat dipenuhi oleh ayat-ayat yang disertai wasiat dan nasehat, nash-nash yang mengandung arahan kepada pembaca terhadap apa saja yang mendatangkan manfaat dalam agama, dunia, dan akhirat. Selain itu pula bermanfaat bagi pembentukan spiritual, mental dan fisikal.

4.      Pendidikan dengan memberi Perhatian/Pengawasan.
Adapun yang dimaksud dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek aqidah dan moral anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapn mental dan sosial, disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan kemampuan ilmiahnya.
Islam, dengan keuniversaliannya prinsipnya dan peraturannya yang abadi, memerintah para bapak, ibu, dan pendidik untuk memperhatikan dan senantiasa mengikuti serta mengawasi anak-anaknya dalam segala segi kehidupan dan pendidikan yang universal.
Sebagaimana dalam surat At-Tahrim : 6, menguraikan suatu keharusan pengawasan ruang lingkup keluarga. Ali r.a mengartikan qu anfusakum dengan “didiklah dan ajarilah” sedangkan umar r.a menafsirkan “melarang mereka dari apa yang dilarang Allah”.
Demikian pula hadits yang memerintahkan untuk senantiasa memperhatikan keluarga dan anak-anak.
Bukhari Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar r.a :
dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya, dan wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya”.
Abu Dawud dan Tirmidzi meriwayatkan dari Masbarah r.a :
ajarilah anak tentang shalat ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia setelah berumur sepuluh tahun bila enggan melksanakannya”.
Thabrani meriwayatkan dari Ali r.a :
Didiklah anak-anakmu atas tiga hal: Mencintai Nabi mereka, Mencintai keluarganya, dan Membaca Al-Qur`an”.

5.      Pendidikan dengan memberi Hukuman
Syariat yang lurus dan adil serta prinsip-prinsipnya yang unversal, sungguh memiliki peran penting dalam melindungi kebutuhan primer, yang biasa disebut oleh imam mujtahid dan para ushul fiqhi ialah adh-dharurahiyyat al-khams (lima keharusan), atau kulliyyat al-khams. Yakni ke-lima perkara tersebut adalah: (1) menjaga agama, (2) menjaga jiwa, (3) menjaga kehormatan, (4) menjaga akal, (5) menjaga harta benda.
Untuk memelihara masalah tersebut, syariat telah melatakkan berbagai hukuman yang mencegah, bahkan bagi setiap pelanggar dan perusak kehormatannya akan merasakan kepedihan. Hukuman-hukuman yang dikenal oleh syariat sebagai hudud dan ta`zir.
Adapun yang dimaksud dengn hudud ialah hukuman yang telah ditentukan oleh syariat dan wajib dilaksanakan karena Allah, seperti contoh:
*      Had bagi yang keluar Islam (murtad) adalah dibunuh, jika ia tetap meninggalkan agama Islam atau terus membangkang dan tidak menerima perintah bertobat. Jika sudah dibunuh, tidak dimandikan, tidak dikafani, tidak dishalatkan, dan tidak dikubur di pekuburan Islam.
*      Had bagi pembunuh adalah dibunuh, jika ia membunuh dengan sengaja.
*      Had menuduh orang lain berbuat zina (qadzaf) adalah dicambuk sebanyak delapan puluh kali, dan tidak diterima persaksiannya.
Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain.
Adapun yang dimaksud dengan ta`zir ialah hukuman yang tidak ditentukan oleh Allah unuk setiap perbuatan maksiat yang didalamnya tidak terdapat had atau kafarah. Hal ini bertujuan untuk memberi pelajaran untuk orang lain demi kemasahatan umat.
Demikian pula hukuman yang diterapkan para pendidik di rumah atau disekolah berbeda-beda dari segi jumlah dan tata caranya, tidak sama dengan hukuman yang diberikan kepada orang umum.
Adapun metode Islam dalam upaya memberikan hukuman pada anak:
1)      Lemah-lembut, kasih sayang dan pembenahan anak.
Anak mendapat pririoritas tersendiri yang harus mendapatkan pemeliharaan, kelemahlembutan, dan asupan kasih sayang, guna sebagai makanan rohani dari anak tersebut.
2)      Menjaga tabiat anak yang salah dalam munggunakan hukuman.
Pendidik hendaknya lebih bijaksana dalam menggunakan cara hukuman yang sesuai, tidak bertentangan dengan tingkat kecerdasan anak, pendidikan, dan pembawaan. Hal lain juga, hendaknya ia tidak segera menggunakan hukuman kecuali setelah menggunakan cara-cara lain. Hukuman merupakan cara yang palin akhir.
3)      Dalam upaya pembenahan, hendaknya dilakukan secara bertahap, dari yang paling ringan hingga yang paling keras.
Adapun metode yang diberikan Rasulullah dalam memperbaiki penyimpangan anak, seperti berikut:
a)      Menunjukkan kesalahan dengan pengarahan
(Riwayat Bukhari Muslim meriwayatkan dari Umar bin Abu Salamah).
b)      Menunjukkan kesalahan dengan ramah tamah
(Riwayat Bukhari Muslim dari Sahal bin Sa`ad).
c)      Menujukkan kesalahan dengan memberikan isyarat
(Riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas).
d)     Menunjukkan kesalahan dengan kecaman
(Riwayat Bukhari dari Abu Dzar r.a).
e)      Menunjukkan kesalahan dengan memboikot (memutuskan hubungan)
(Riwayat Bukhari Muslim dari Abu Sa`id r.a).
f)       Menunjukkan kesalahan dengan memukul
(Riwayat Abu Dawud dan Hakim dari Amr bin Syu`aib).
g)      Menunjukkan kesalahan dengan memberikan hukuman yang membuat jera
(Al-Qur`an An-Nuur : 2).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar